Kehidupan seorang manusia akan berakhir pada kematian, dan setelah itu dia akan dibangkitkan di hari kiamat. Pada hari itu harta dan anak keturunannya tidak akan dapat memberinya manfaat. Yang bisa dia lakukan hanyalah melihat seberapa banyak kebaikan yang telah dia lakukan dan seberapa banyak dosa dan kejahatan yang dia lakukan.
Allah ta’ala berfirman,
“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka balasan amalan mereka. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.” (QS Al Zalzalah: 6-8)
Di antara kebaikan yang akan bermanfaat bagi seorang manusia kelak di akhirat adalah shadaqah yang dia berikan ketika dia hidup di dunia. Allah ta’ala berfirman,
“Dan barang-barang baik yang engkau semua nafkahkan itu adalah untuk dirimu sendiri dan engkau semua tidak menafkahkannya melainkan karena mengharapkan keridhaan Allah, juga barang-barang baik yang engkau semua nafkahkan itu, niscaya akan dibalas kepadamu dan tidaklah engkau semua dianiaya.” (al Baqarah: 272)
Shadaqah adalah Bukti Keimanan
Salah satu bukti keimanan seorang muslim adalah shadaqah. Ini ditunjukkan dalam hadits dari sahabat Al Harits bin Ashim Al Asy’ari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Bersuci adalah separuh dari keimanan, ucapan ‘Alhamdulillah’ akan memenuhi timbangan, ‘subhanallah walhamdulillah’ akan memenuhi ruangan langit dan bumi, shalat adalah cahaya, dan shadaqah itu merupakan bukti.” (HR. Muslim)
Kenapa shadaqah disebut sebagai bukti keimanan? Hal ini karena harta adalah perkara yang dicintai oleh jiwa kita. Berat bagi diri kita untuk melepaskannya. Sehingga ketika seseorang merelakan hartanya tersebut di jalan Allah, maka ini adalah bukti yang menunjukkan kecintaannya kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka kita lihat sendiri, semakin tinggi keimanan seseorang, semakin banyak pula dia bershadaqah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling tinggi keimanannya. Beliau tidak pernah tanggung-tanggung dalam bershadaqah. Pernah beliau menyedekahkan kambing beliau. Apakah satu ekor, atau dua ekor saja? Tidak. Beliau bershadaqah dengan satu lembah kambing.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkisah,
Seorang lelaki datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Maka Nabi pun memberikannya kambing yang berjumlah satu lembah. Orang tersebut lalu kembali kepada kaumnya dan berkata, “Wahai kaumku, masuk Islamlah kalian! Sesungguhnya Muhammad telah memberikan suatu pemberian, dia tidaklah khawatir akan miskin”. Orang itu masuk Islam karena menginginkan dunia namun begitu dia masuk Islam, Islam itu lebih dicintai dari dunia dan seisinya. (HR. Muslim)
Shadaqah Sebab Turunnya Keberkahan
Di dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,
Pada suatu ketika ada seorang lelaki berjalan di suatu tanah lapang, lalu ia mendengar suara dari dalam awan, “Siramlah kebun si Fulan itu!”
Kemudian menyingkirlah awan itu menuju ke tempat yang ditunjukkan, lalu menghabiskan airnya di atas tanah lapang berbatu hitam itu. Tiba-tiba sesuatu aliran air dari sekian banyak aliran airnya itu mengambil air hujan itu seluruhnya, kemudian orang tadi mengikuti aliran air tersebut….
Sekonyong-konyong tampaklah olehnya seorang lelaki yang berdiri di kebunnya mengalirkan air itu dengan alat keruknya.
Orang itu bertanya kepada pemilik kebun, “Wahai hamba Allah, siapakah namamu?”
Ia menjawab, “Namaku Fulan,” dan nama ini cocok dengan nama yang didengar olehnya di awan tadi.
Pemilik kebun bertanya, “Mengapa Anda menanyakan namaku?”
Orang itu menjawab, “Sesungguhnya saya tadi mendengar suatu suara di awan yang inilah air yang turun daripadanya. Suara itu berkata, ‘Siramlah kebun si Fulan itu!’ Nama itu sesuai benar dengan nama Anda. Sebenarnya apakah yang Anda lakukan?”
Pemilik kebun menjawab, “Adapun Anda menanyakan semacam ini, karena sesungguhnya saya selalu benar-benar memperhatikan hasil yang keluar dari kebun ini. Kemudian saya bershadaqah dengan sepertiganya, saya makan bersama keluarga saya yang sepertiganya dan saya kembalikan pada kebun ini yang sepertiganya pula (sebagai bibit).” (HR. Muslim)
Lihatlah betapa shadaqah telah menjadi sebab petani tersebut diberikan keberkahan oleh Allah ta’ala dengan menyedekahkan sepertiga dari hasil pertaniannya.
Sumber: FP Rumah Zakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar